BAB
I
PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter.
Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang
relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang
dibutuhkan dalam penanganannya pun tinggi. Penyebab luka bakar selain
terbakar api langsung atau tak langsung, juga paparan suhu tinggi
dari matahari, listrik ataupun bahan kimia. Luka bakar karna api
atau akibat tak langsung dari api misalnya tersiram air panas banyak
terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Berat riangannya suatu luka bakar tergantung pada keadaan jaringan
yang terbakar serta intensitas trauma panas. Kulit yang tebal,
berpigmen banyak dan banyak mempunyai kelenjar sebasea akan lebih
tahan terhadap trauma panas dibanding dengan kulit yang tipis dan
kering. Jaringan dibawahnya akan menerima rambatan panas yang serupa.
Kandungan air dalam jaringan dan kaya tidaknya jaringan akan aliran
darah merupakan faktor penting.
Gawat darurat dan penatalaksanaan awal luka bakar merupakan bagian
terpenting dari perawatan keseluruhan terutama bila lukanya luas dan
kemungkinan melibatkan beberapa pembedahan dan upaya yang sangat
besar oleh beberapa orang dalam kalangan medik, perawat dan
paramedik. Untuk tujuan ini, mutlah bahwa perawatan gawat darurat
difikirkan mencakup 5 hari pengobatan pertama.
BAB
II
LUKA
BAKAR
A.
Definisi
Luka
bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung atau tak
langsung dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan
kimia dan radiasi. Kerusakan yang terjadi pada penderita tidak hanya
mengenai kulit saja, tetapi juga organ lain.
B.
Penyebab Luka Bakar
Penyebab
luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang dapat
dipicu atau diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar
seperti bensin, gas kompor rumah tangga, cairan dari tabung pemantik
api, yang akan menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian
tebal kulit. Penyebab luka
bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,
maupun bahan kimia. Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat.
Asam kuat menyebabkan nekrosis koagulasi, denaturasi protein, dan
rasa nyeri yang hebat. Asam hidrofluorida mampu menembus jaringan
sampai ke dalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal,
bahkan pada luka yang kecil sekalipun. Alkali atau basa kuat yang
banyak terdapat dalam rumah tangga antara lain cairan pemutih pakaian
(bleaching), berbagai cairan pembersih, dll. Luka bakar yang
disebabkan oleh basa kuat akan menyebabkan jaringan mengalami
nekrosis yang mencair (liquefactive necrosis). Kemampuan alkali
menembus jaringan lebih dalam lebih kuat dari pada asam, kerusakan
jaringan lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi
denaturasi protein dan kolagen. Rasa sakit baru timbul belakangan
sehingga penderita sering terlambat datang untuk berobat dan
kerusakan jaringan sudah meluas.
C.
Patofisiologi
Kulit
adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025 m2
pada anak baru lahir sampai 1 m2 pada orang dewasa. Apabila kulit
terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh kapiler dibawahnya, area
sekitarnya dan area yang jauh sekalipun akan rusak dan menyebabkan
permeabilitas meningkat. Terjadilah kebocoran cairan intrakapiler ke
interstisial sehingga terjadi udem dan bula yang mengandung banyak
elektrolit. Rusaknya kulit akibat luka bakar akan mengakibatkan
hilangnya fungsi kulit sebagai barier dan penahan penguapan, penyebab
tersebut dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan intravaskular.
Pada luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh
darah sehingga air, natrium, klorida dan protein akan keluar dari sel
dan menyebabkan terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan
hipovolemia dan hemo konsentrasi. Donna (1991) menyatakan bahwa
kehilangan cairan tubuh pada pasien luka bakar dapat disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain :
1. Peningkatan mineralo kortikoid
a. Retensi air, natrium dan klorida
b. Ekskresi kalium
2. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah ; keluarnya elektrolit
dan protein dari pembuluh darah.
3. Perbedaan tekan osmotik intra dan ekstrasel.
Kehilangan volume cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan
elektolit tubuh yang selanjutnya akan terlihat dari hasil
laboratorium. Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan
kulit tetapi juga mempengaruhi sistem tubuh pasien. Seluruh sistem
tubuh menunjukkan perubahan reaksi fisiologis sebagai respon
kompensasi terhadap luka bakar, yang luas (mayor) tubuh tidak mampu
lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi.
Akibat
luka bakar, fungsi kulit yang hilang berakibat terjadi perubahan
fisiologi. Diantaranya adalah
:
1.
Hilang daya lindung terhadap
infeksi
2. Cairan tubuh terbuang
3. Hilang kemampuan mengendalikan suhu
4. Kelenjat keringat dan uap
5. Banyak kehilangan reseptor sensori
D.
Derajat luka Bakar
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya
pajanan suhu tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju
yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang
paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan
sintetis, seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga mudah
lumer oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat
kedalaman luka bakar.
Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh
dalam 5 – 7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak seperti
eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat.
Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis, tetapi masih ada
elemen epitel sehat yang tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya
sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal
rambut. Dengan adanya sisa sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri
dalam dua sampai tiga minggu. Gejala yang timbul adalah nyeri,
gelembung, atau bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh
karena permeabilitas dindingnya meningkat.
Luka
bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin
subkutis, atau organ yang lebih dalam. Tidak ada lagi elemen hidup
tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka, biasanya
diikuti dengan terbentuknya eskar (kerak atau luruhan kulit
terkoagulasi dan tebal yang terbentuk akibat luka bakar) yang
merupakan jaringan nekrosis akibat denaturasi protein jaringan kulit.
Kulit tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih
rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat.
E.
Penanganan
Pertolongan
pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka
bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama
sekurang-kurangnya 15 menit. Upaya pendinginan ini, dan upaya
mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan menghentikan proses
koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi yang
akan terus berlangsung walaupun api telah dipadamkan, sehingga
destruksi tetap meluas. Oleh karena itu, merendam bagian yang
terbakar selama 15 menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk
menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan
diperkecil, luka yang sebenarnya menuju derajat dua dapat berhenti
pada derajat satu, atau luka yang akan menjadi tingkat tiga
dihentikan pada tingkat dua atau satu. Pencelupan atau penyiraman
dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin, tidak usah steril.
Prinsip penangan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin,
pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik
pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya, dan pembatasan
pembentukan jaringan parut. Pada luka bakar ringan, prinsip
penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air,
mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk
berpoliferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara
tertutup dan terbuka. Pada luka bakar luas atau dalam, pasien harus
segera dibawa ke rumah sakit terdekat yang punya tenaga terlatih dan
unit luka bakar yang memadai untuk penanganan luka bakar tersebut.
Dikenal dua cara merawat luka, perawatan terbuka (exposure method)
dan perawatan tertutup (occlusive dressing method). Keuntungan
perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu
terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang.
Kerugiannya bila digunakan obat tertentu, misalnya mitras-argenti,
alas tidur menjadi kotor. Penderita dan keluargapun merasa kurang
enak karena melihat luka yang tampak kotor. Perawatan terbuka ini
memerlukam ketelatenan dan pengawasan yang ketat dan aktif. Keadaan
luka harus diamati beberapa kali dalam sehari. Cara ini baik untuk
merawat luka yang dangkal. Untuk luka bakar derajat tiga dengan
eksudasi dan pembentukanpun harus dilakukan pembersihan luka
berulang-ulang untuk menjaga luka tetap kering. Penderita perlu
dimandikan tiap hari, tubuh sebagian yang luka dicuci dengan sabun
atau antiseptik dan secara bertahap.
Perawatan
tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk
menutup luka dari kemungkinan kontaminasi. Keuntungannya adalah luka
tampak rapi, terlindung dan enak bagi penderita. Hanya diperlukan
tenaga dan biaya karena dipakainya banyak pembalut dan antiseptik,
untuk menghindari kemungkinan kuman untuk berkembang biak, sedapat
mungkin luka ditutup kasa penyerap (tole) setelah dibubuhi dan
dikompres dengan antiseptik. Balutan kompres diganti beberapa kali
sehari, pada waktu penggantian balut, eskar yang terkelupas dari
dasarnya akan terangkat.